Dengan informasi yang cukup, aktivitas akan menjadi lebih mudah.

Saturday, November 27, 2010

Abrasi Ancam Warga Melebung, Tanah Itu Terus Terjun ke Sungai


Gelombang kapal terus menggerus pinggir Sungai Siak, terutama tanah di pelabuhan dan dermaga kayu milik warga Kampung Melebung Kelurahan Kecamatan Tenayanraya dan Okura Kecamatan Rumbai Pesisir yang terletak di seberang Dusun Melebung. Bekas bongkahan tanah rubuh dan terjun ke dasar Sungai Siak terlihat menjalar dan membentuk retakan tanah yang menunggu saat yang tepat untuk terjun ke dasar air sungai.


Gelombang setinggi satu meter dari speedboat yang melintas di bataran Sungai Siak tepatnya di Dusun Melebung dan Okura dengan kecepatan tinggi langsung menghempas tebing. Gelombang besar yang ditimbulkan speedboat yang memiliki empat mesin ini terus melaju menuju pelabuhan Sungai Duku untuk menurunkan para penumpang yang diangkut dari kabupaten paling bungsu di Provinsi Riau.

Berselang 30 menit, dari arah Pekanbaru sebuah kapal tanker dan satu buah kapal kargo kembali melaju dan gelombang air yang ditimbulkan juga tak kalah tingginya, sekali lagi gelombang ini menghempas ke tebing, yang saat itu air di bataran Sungai Siak ini sedang pasang naik sehingga air langsung mencapai tebing sungai yang sangat berdekatan dengan rumah warga.

Selain tebing sungai yang dihempas gelombang kapal, perahu nelayan dan juga perahu para murid SD yang menyeberang ke Dusun Okura Kecamatan Rumbai Pesisir tak kalah hebatnya turun dan naik akibat gelombang speedboat dan kapal tersebut.

Dua dusun masih wilayah Kota Pekanbaru yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Siak ini memang jauh nun di sana. Jarak tempuh untuk mencapai Dusun Melebung Kelurahan Sail Kecamatan Tenayanraya dan juga Dusun Okura yang ada di seberangnya memakan waktu lebih dari satu jam. Bahkan ruas jalan yang ditempuh jika ingin cepat sampai ke dusun ini harus melintasi ruas jalan yang ada di perkebunan sawit atau melalui Jalan Maredan yang medan jalannya masih ditimbun dengan tanah kuning, jika hujan licin dan saat panas berdebu. Ruas jalan tanah ini memanjang hingga ke Dusun Melebung. Padahal ruas jalan Melebung tersebut konon katanya sudah ada sejak tahun 1949, namun sampai saat sekarang belum juga di aspal.

Namun perhatian Pemko Pekanbaru sudah mulai terfokus di dusun yang jauh di sana ini, sebab saat sekarang untuk 500 KK yang ada di dusun tersebut sudah dibangun Puskesmas Pembantu (Pustu), Sekolah Dasar Negeri, dan disel untuk penerangan yang hidup hanya sore hari hingga pukul 23.00 WIB.
Masalah pembangunan yang berbeda jauh dengan pusat kota, saat sekarang sudah dimaklumi dusun yang memiliki dua RT, yaitu RT 01,02. Akan tetapi Dusun Melebung Kelurahan Sail Kecamatan Tenayanraya yang luas dusun enam kilometer persegi ini hanya seluas 2000 meter persegi milik warga dan selebihnya milik perusahaan dan juga pemerintah, termasuk dalam wilayah KIT.

Dari 2.000 meter persegi ini, saat sekarang terus berkurang karena saat sekarang dusun yang terletak di pinggir Sungai Siak ini sedang mengalami persoalan baru atau ancaman yang diam-diam tapi pasti datangnya. Ancaman itu berupa abrasi yang terus mencungkil sedikit demi sedikit tanah yang ada di pinggir Sungai Siak.
Sehingga pemukiman masyarakat semakin dekat dengan bibir sungai yang terus melebar. Hal ini disebabkan semakin hari centi demi centimeter tanah yang ada di bibir Sungai Siak turun ke dasar sungai. Hal ini disebabkan gelombang keras dari setiap kapal tanker, kapal barang dan juga speedboat yang melintas.
‘’Tanah dekat bibir sungai tu semakin runtuh. Dah semakin dekat dengan perumahan warga di sini,’’ kata Ketua RT 02 Azwirdin kepada Riau Pos.

Menurutnya warga tak bisa berbuat apa-apa, sebab Sungai Siak sudah menjadi jalur internasional, tak hanya dilintasi oleh kapal barang saja, akan tetapi juga dilintasi kapal tangker yang membawa minyak dan juga speedboat hampir setiap jam melintas di sungai terdalam di Indonesia tersebut.
Abrasi yang terjadi sudah lumayan panjang, untuk saat sekarang sudah mencapai 200 meter sedangkan tanah yang sudah terjun ke dasar sungai sudah mencapai 7-10 meter. ‘’Kami tak ada upaya lain, selain mencacak atau membuat pancang-pancang di pinggir sungai, terutama untuk menghadang gelombang, tapi tetap saja rubuh, karena kayu hanya bertahan hanya beberapa tahun aje dan lapuk,’’ jelasnya.
Azwirdin, sampai saat sekarang belum ada upaya dari pemerintah dan masih insiatif warga sendiri saja agar kampung tak dimakan oleh Sungai Siak. ‘’Kampung kami ini jauh dari kota, jadi kami sendirilah yang memikirkannya. Kita sudah sampaikan juga kepada pihak kelurahan dan kecamatan, tapi belum ada respon,’’ jelasnya.

Untung saja, kata RT yang terus berjuang untuk masyarakat satu ini Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) tahun 2009 lalu masuk ke kampung Melebung. Jadi sarana umum terutama jalan, rumah masyarakat, sekolah, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan bersama tentara membuat pancang-pancang di pinggir sungai untuk menahan gelombang dari kapal yang melintas di sungai.
Pemerintah Tetap Berupaya

Permasalahan abrasi Sungai Siak ini memang menjadi tanggungan Pemerintah pusat, Provinsi Riau dan juga Pemerintah Kota Pekanbaru terutama yang ada di wilayah Pemko Pekanbaru. Untuk mencegah abrasi yang ada di Sungai Siak, Pemko terus berupaya melakukan pembebasan lahan, untuk pembangunan Water Front City (Kota Bercermin Air) di sepanjang Sungai Siak.

Seperti pada APBD tahun 2010 ini Pemko Pekanbaru telah menganggarkan sebesar Rp2 miliar untuk pembebasan lahan di sepanjang Sungai Siak tersebut terutama di daerah Pasar Bawah.
‘’Tahun 2010 ini kita tetap menganggarkan pembebasan lahan di sepanjang Sungai Siak terutama lahan yang terkena pembangunan Water Front City, namun untuk pembangunan atau pencegahan arbasi ini jika sepenuhnya dengan anggaran APBD Kota tak mungkin, makanya kita sudah melakukan komunikasi dengan Pemprov dan Pemerintah pusat,’’ kata Sekretaris Kota (Sekko) Pekanbaru, Ir Yusman Amin MEng Sc menjawab Riau Pos.

Agar tak terus tergerus, kata Yusman Amin, anggaran untuk pembebasan lahan di sepanjang sungai terutama yang bakal dibangun water front city tersebut sudah menjadi prioritas dalam penganggarakan APBD tahun 2010. Pasalnya pembangunan water front city secara bertahap tersebut katanya, sangat perlu agar Sungai Siak tak terus tergerus atau abrasi. Selain itu pembangunan water front city bisa mengantisipasi agar air Sungai Siak ketika pasang naik tinggi tak meluap ke perumahan warga. ‘’Jadi intinya masalah arbasi Sungai Siak tetap menjadi perhatian bersama.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Fadrizal Labay berkaitan abrasi Sungai Siak juga menegaskan, bahwa tingginya arus mobilisasi kapal-kapal yang melintasi Sungai Siak tanpa pengaturan kecepatanya menjadi persoalan utama penyebab abrasi.
‘’Yang jelas kecepatan kapal yang melewati aliran sungai itu harus diatur, jangan seperti sekarang ini, kapal-kapal dengan mudahnya melaju dengan kecepatan tinggi yang menyebakan terjadinya gelombang yang menyebabkan terjadinya pengikisan dan runtuhnya tebing-tebing penyangga, sehingga Sungai Siak itu lama-kelamaan akan mengalami pelebaran dan pendangkalan,’’ ungkapnya.

Kata Labay, sampai saat ini penelitian terkini tentang kondisi Sungai Siak belum rampung dikerjakan oleh pihaknya, namun setidaknya dari fakta yang ada telah menunjukkan abrasi yang dialami Sungai Siak kian memprihatinkan. ‘’Masyarakat di sepanjang aliran Sungai Siak sudah mengeluhkan dengan kapal-kapal yang melintasi dengan kecepatan tinggi, karena gelombang air yang besar membuat abrasi semakin parah, ‘’ ujarnya.

Selain itu kata Fadrizal, jika kondisi ini tidak segera dibenahi dan diantisipasi, tidak menutup kemungkinan Sungai Siak suatu saat tidak lagi bisa dilayari oleh kapal-kapal besar akibat terjadinya pendangkalan.
Disinggung apa upaya pemerintah daerah menyelamatkan Sungai Siak dari ancaman abrasi yang lebih parah lagi, Labay mengatakan tidak ada upaya lain selain melakukan gerakan pembangunan penyangga Sungai Siak secara vegetatif atau menanam tanaman penyangga seperti bambu.
‘’Kalau dibangun turap dananya akan sangat besar, selain itu Sungai Siak ini merupakan sungai strategis nasional, sehingga seluruh kebijakkan yang berkaitan dengan Sungai Siak ini menjadi tanggungjawab pusat, hal ini tentu membuat pemerintah daerah tidak mudah begitu saja membangun turap, jadi solusi lainya adalah dengan membatasi kecepatan kapal-kapal yang melintasi dengan kecepatan tinggi di Sungai Siak tersebut,’’ kata Labay.*** ( sumber : Riau Pos)

No comments: