
Terlihat kumuh dan keruh. Tidak terlihat lagi ada yang berenang didalamnya. Kalau untuk memancing, masih ada. Terutama pada hari libur. Saya tidak tahu apakah masih ada yang mendapatkan ikan.
Dulu, diera 1960 an, disinilah tempat saya berenang dan memancing. Mengisi hari-hari libur sekolah bersama teman-teman. Airnya memang tidak bening. Kemerah-merahan seperti air teh. Namun, bersih dan menyegarkan. Disekitarnya ditumbuhan pepohonan dan semak belukar. Masih alami. Jembatan penyebarangan terbuat dari kayu. Hanya dapat dilalui pejalan kaki dan sepeda.
Seiring kemajuan kota, pertumbuhan jumlah penduduk mempengaruhi kondisi sungai. Hutan dan semak belukar, berubah menjadi pemukinan. Pembangunan jembatan beton, mempercepat perkembangan wilayah ini. Sayangnya, kemajuan itu berdampak negatif terhadap Sungai Sail. Menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah bagi sebagian penduduk. Jadilah ia sebagai tempat sampah besar.
Belakangan ini sudah terlihat adanya upaya perbaikan sungai. Dibeberapa bagian dibangun turap. Pinggir sungai dibangun jalan. Dengan upaya sungguh-sungguh dari Pemerintah Daerah dan masyarakat, mudah-mudahan Sungai Sail tampil dengan wajah baru.
Pekanbaru, 14 Desember 2010
No comments:
Post a Comment