Dimusim liburan, penyeberangan
Merak-Bakauheni selalu ramai. Apalagi pada liburan hari Raya Idul Fitri.
Sebagai salah satu lintasan mudik, penyeberangan Merak-Bakauheni akan menjadi
sangat ramai.
Beberapa kali melintasi
Merak-Bakauheni di tahun 1990 an menggunakan kendaraan pribadi, memberi kesan
tersendiri. Waktu itu, antrian kendaraan pribadi berada di Terminal 3.
Saat-saat menunggu masuk ke kapal penyeberangan, dimanfaatkan untuk saling
tukar informasi.
Ada pemandangan yang menarik. Pengemudi
dan penumpang membentuk kelompok-kelompok kecil. Berkumpul disekitar
kendaraannya. Topik pembicaraan umumnya seputar kondisi jalan. Informasi
tentang jalan memang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan perjalanan.
Kelompok-kelompok ini akan
membubarkan diri ketika terlihat kapal sudah merapat di dermaga. Masing-masing
kembali kekendaraan nya. Siap-siap untuk menaiki kapal. Diatas kapal,
suasananya sedikit berbeda. Terlihat keluarga-keluarga berkumpul didekat
kendaraannya memanfaatkan kesempatan untuk menikmati pemandangan dari atas
kapal. Ada pula yang mengeluarkan bekal makanan dan minuman. Mirip suasana
berwisata di alam terbuka. Bedanya, disini bukan alam terbuka tetapi dek
terbuka.
Kini kondisinya jauh berbeda.
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan melalui kembali penyeberangan
Bakauheni-Merak dalam susana hari raya idul fitri. Antrian kendaraan pribadi
terlihat sangat ramai memenuhi jalur penyeberangan. Namun, tidak terlihat
adanya kelompok-kelompok ngobrol. Sebagian besar mesin mobil tetap menyala.
Kaca-kaca tertutup rapat. Pengemudi dan penumpang seperti enggan keluar
kendaraan.
Di atas kapal, suasananya terlihat
sama. Hanya terlihat banyaknya mobil. Tidak ada yang berdiri atau duduk-duduk
didekat kendaraannya. Walaupun posisi kendaraan berada di dek terbuka.
Perubahan selalu saja terjadi. Banyak
yang baru muncul. Banyak pula yang hilang. Benar kata orang tua-tua. Lama hidup
banyak dirasa. Jauh berjalan banyak dilihat.
Pekanbaru, Nopember 2017.
No comments:
Post a Comment