Setelah beberapa hari berada di Muscat, saya melihat beberapa perbedaan dengan kondisi di tanah air. Kondisi paling dirasakan adalah ketika berjalan kaki. Secara umum, trotoar di Muscat sangat nyaman bagi pejalan kaki. Terawat, bersih dan ada nuansa keindahan.
Tidak banyak yang memanfaatkan trotoar. Pejalan kaki sedikit. Tidak ada sepeda motor yang parkir, apalagi mobil. Tidak ada pedagang yang berdagang di trotoar. Pejalan kaki sangat dapat menikmati trotoar.
Beberapa hari di Muscat, saya hanya melihat 2 pengendara sepeda motor di jalan raya. Ada beberapa moge parkir di sebuah SPBU. Jalanan di dominasi kendaraan roda 4. Kendaraan disini berjalan di sebelah kanan (stir kiri). Ketika hendak menyeberang perlu menyesuaikan.
Hampir tidak terdengar bunyi klakson mobil di jalan raya. Klakson disini berfungsi untuk memesan minuman di kedai kopi. Pengemudi akan membunyikan klakson ketika berhenti didepan kedai kopi. Kemudian memberi tanda kepada pelayan dengan memperlihatkan jari. 1 jari berarti satu gelas minuman cai. Ada juga tanda jari untuk gelas besar atau kecil. Cai sebutan untuk minuman teh susu. Disebut juga dengan karaktea. Satu gelas kecil cai harganya 100 baisa. Sekitar Rp. 3.400. Gelas besar harganya 200 baisa. Dipagi hari, banyak pengemudi mobil menikmati sarapan tanpa turun dari mobil.
Tidak terlihat juru parkir, padahal tempat parkir sangat banyak. Kendaraan yang parkir juga banyak. Tetapi tidak ada yang parkir menutupi pengguna lainnya. Di pelataran parkir dan di jalan raya terlihat banyak mobil mewah.
No comments:
Post a Comment