Minum secangkir kopi, merupakan aktivitas rutin saya setiap
pagi. Belakangan, kebiasan ini bertambah porsinya dengan secangkir kopi lagi di
sore hari.Terasa ada yang kurang jika belum mendapatkan secangkir kopi dalam
satu hari.
Bagi saya, kenikmatan
secangkir kopi itu, tidak hanya soal rasa kopinya. Tetapi juga suasana
ketika menikmati kopi itu. Bahkan, suasana/lingkungan lebih besar pengaruhnya
daripada rasa kopi. Beberapa kesempatan minum kapi yang sudah lama berlalu, dapat
saya ingat dengan baik.
Suatu kali, ketika melewati jalan raya Alas Roban di sore
hari, saya dan keluarga berhenti sejenak diwarung pinggir jalan untuk sekedar
minum kopi. Walaupun kopinya hanya kopi saset, tetapi kondisi lingkungan warung
dan ramainya lalu lintas terutama truk, menjadikan minum kopi itu memiliki arti
tersendiri.
Ketika bertugas di Tanjungpinang, saya beberapa kali
menyeberang ke Telaga Punggur hanya untuk minum secangkir kopi. Minum secangkir
kopi sambil melihat lalu lalang orang-orang di pelabuhan itu, merupakan
kenyamanan tersendiri. Padahal, harga tiket feri (kapal cepat) PP itu jika
digunakan untuk minum kopi di Tanjungpinang, cukup untuk beberapa hari.
Awal-awal bertugas dikota ini, saya selalu singgah dulu
disebuah warung sebelum ke kantor. Di warung itu, pagi-pagi sudah ada koran
lokal. Saya minum secangkir kopi sambil membaca koran. Harga secangkir kopi
sama dengan harga koran. Jadi, saya tidak perlu berlangganan koran lagi.
Menjelang apel pagi, saya sudah menikmati kopi dan juga sudah memperoleh
berbagai informasi. Kadang, dapat juga informasi tambahan dari menejemenn
warung.
Sekitar tiga tahun belakangan ini, saya menemukan formula
baru untuk dapat marasakan nikmatnya minum secangkir kopi. Ternyata, kopi
terasa semakin nikmat jika diminum sambil menggunakan pikiran. Artinya, disaat
kita berfikir dan ditemani secangkir kopi, berfikirnya lebih lancar, kopinya
terasa lebih enak.
Setiap pagi, saya berusaha menulis. Walaupun tidak
mentargetkan tulisan itu selesai dalam satu hari. Menulis diselingi dengan minum kopi hangat,
memiliki kenikmatan tersendiri. Soal rasa kopinya, saya tidak pilih-pilih,
walaupun saya dapat membedakannya. Mau kopi bermerek, kopi impor, kopi khusus
dari daerah tertentu, atau kopi beli diwarung dekat rumah, semuanya terasa
enak.
Mungkinkah ada korelasi rasa kopi dengan penggunaan otak
(berfikir) ketika menikmatinya?
Pekanbaru, 19 Januari 2012
No comments:
Post a Comment