Mengunjungi sebuah negara lain,
selalu memberi pengalaman tersendiri. Apalagi ketika berbelanja. Sementara si
penjualnya tidak menguasai bahasa yang kita ucapkan. Hal itulah yang saya alami
ketika berada di Tokyo Jepang.
Suatu pagi di Tokyo. Sambil olah raga
jalan pagi di kawasan Sinjuku, saya
singgah disebuah warung. Saya bermaksud membeli sesuatu untuk sarapan. Didalam
warung, saya melihat ada nasi dalam kemasan. Kemasannya transparan. Nasi tersebut sudah ada lauknya.
Sebagai seorang muslim, saya perlu
berhati-hati memilih makanan/minuman. Setiap kemasan makanan, selalu ada
formulanya dengan menggunakan bahasa Jepang dan Inggeris. Saya selalu
menghindari daging.
Ketika membayar harga nasi, kasirnya
mengatakan ‘hot.. hot’. Awalnya saya tidak tahu maksudnya. Sebab, nasi tersebut
dingin. Namun, ketika kasir mengulangi menyebut hot sambil menunjuk ke sebuah
alat pemanas ( microwave), saya paham. Dia menawarkan untuk memanaskan nasi
yang saya beli. Tentu saja saya senang. Saya berikan nasi itu dan dia masukkan
ke pemanas. Lumayan, dapat sarapan dengan nasi hangat dimusim dingin.
Salah satu kesulitan ketika berada di Tokyo adalah soal
makanan. Dengan adanya formula disetiap kemasan makanan siap santap, sangat
membantu. Setiap kali membeli makanan, kita perlu benar-benar meneliti apa saja
bahan-bahannya. Bertanya kepada penjual, kadang mengalami kesulitan bagi
yang tidak menggunakan bahasa Jepang.
No comments:
Post a Comment