Sebuah cermin kecil tergantung di pohon. Dibawahnya ada meja
kecil. Diatas meja kecil tersebut ada sebuah alat potong rambut manual, tiga
buah gunting, sebuah sisir, sebilah pisau. Ada botol plastik kecil berisi sedikit
sabun. Dipohon tersebut, tergantung seutas kulit, sebuah botol plastik bekas
kemasan minuman.
Itulah perlengkapan seorang tukang pangkas rambut dibawah
sebatang pohon di pinggir Jl. Supratman Bandung. Ruangannya berupa setengah
lingkaran yang ditutupi selembar kain. Didalam rungan itu, terdapat pula sebuah
kursi kayu yang ditutupi kain berwarna putih. Diujung tenda, tersandar sebuah
sepeda tua.
“Dipendekkan?, tanya si bapak ketika saya telah duduk dan
dipasangi kain penutup. Saya menunggu si bapak untuk berbicara. Biasanya, tukang
pangkas rambut yang saya kunjungi suka bercerita. Ternyata si bapak terus saja
bekerja. “ Sudah berapa lama menjadi tukang pangkas pak? Tanya saya memulai
pembicaraan. “ Disini sudah dua belas tahun dan di jakarta 30 tahun”, jawabnya.
“ Sudah lama ya”, sambungnya.
Tidak terlihat kelelahan diwajah si bapak. Menurut
penglihatan saya, si bapak menikmati pekerjaannya. Senyumnya cukup ramah. Bagi
saya sendiri, suasana potong rambut di Jl. Supratman Bandung itu memiliki arti
tersendiri. Sudah sangat lama saya tidak mendengar suara mesin potong rambut
manual. Suara itu mengingatkan saya pada masa dulu.
Dipinggir Jl. Supratman Bandung itu, si bapak tidak
sendirian. Ada beberapa orang tukang pangkas rambut lainnya. Jika ingin
menikmati suasana tersendiri dalam memotong rambut, sekali-sekali sempatkanlah
singgah.
No comments:
Post a Comment