Dengan informasi yang cukup, aktivitas akan menjadi lebih mudah.

Wednesday, September 10, 2014

Desa Tandun Dulu Dan Sekarang



Mengenang masa kecil, memberi kenyamanan tersendiri. Ada ungkapan :” Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa”. Masa bermain bersama saudara dan teman, merupakan keindahan dalam kehidupan ini. Keindahan masa kecil yang masih bisa dirasakan di dalam pikiran.

Diantara kenangan masa kecil yang sangat kuat melekat didalam pikiran saya, adalah masa-masa bersekolah disebuah desa bernama Tandun pada tahun 1957. Sampai hari ini, keinginan untuk berdomisili disebuah desa, masih saya rasakan. Hiruk pikuk perkotaan, belum dapat menghilangkan harapan saya untuk dapat menikmati alam pedesaan.

Desa Tandun termasuk dalam wilayah Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu, Propinsi Riau. Terletak di jalan raya lintas Pekanbaru-Rokan Hulu. Jalan raya ini menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Sumatera Utara.

Jarak Pekanbaru ke Tandun sekitar 130 km. Dapat ditempuh selama lebih kurang tiga jam dengan kendaraan bermotor. Kondisi jalannya lumayan bagus. Ada dua pilihan jalan darat menuju Tandun. Pertama, melalui Danau Bengkuang, Bangkinang dan Rantau Berangin. Melewati jalan ini, banyak ditemukan SPBU dan rumah makan. Kedua, melalui Jl. Garuda Sakti, Petapahan dan Kasikan. Jalan ini relatif sepi dan belum ada SPBU. Masih banyak daerah perkebunan atau hutan kecil.

Sekarang ini, sangat mudah berkunjung ke Tandun. Bisa sehari pergi pulang. Angkutan umum juga banyak. Tidak demikian halnya dimasa lalu.

Sampai dengan tahun 1970 an, jalan ini mengalami rusak berat dari Rantau Berangin sampai ke Pasir Pengarayan (sekarang ibukota Kabupaten Rokan Hulu) dan perbatasan Sumatera Utara.  Sulit dilewati kendaraan bermotor. Banyak warga yang memilih berjalan kaki dari/ke Rantau Berangin. Jaraknya dari Tandun sekitar 30 km. Saya sendiri ikut mengalaminya masa-masa itu. 

Dari Tandun, saya bersama nenek, ibu dan saudara jalan kaki ke Desa Kabun. Berangkat pagi-pagi, menjelang siang sampai di Kabun. Disini kami istirahat dan makan siang. Menumpang di rumah penduduk di pinggir jalan. Makan siangnya dimasak oleh ibu dan nenek. Seingat saya, waktu itu kami makan nasi dan sarden yang disambal.

Waktu itu ada pengerjaan jalan. Ada truk pengangkut batu. Setelah dihubungi, kami dibolehkan menumpang ke Rantau Berangin. Berangkatnya sore. Di Rantau Berangin, kami makan malam disebuah rumah makan sederhana. Nenek selalu membawa bekal nasi putih didalam kemasan yang terbuat dari anyaman pandan. Jadi, kami hanya membeli lauknya saja. Untuk ke Pekanbaru, kami menunggu bus dari Sumatera Barat. Banyak diantara bus-bus tersebut sudah penuh. Lumayan lama juga kami menunggu. Biasanya, perjalanan Tandun-Pekanbaru dan sebaliknya, menghabiskan waktu sehari semalam untuk sekali jalan.

Waktu itu, tidak dapat saya membayangkan jika sekarang ini antara Pekanbaru dan Tandun dapat ditempuh dalam sehari pergi pulang. Beberapa kali, saya dengan menggunakan sepeda motor berkunjung ke Tandun. Hanya untuk makan siang. Perginya melalui jalan Garuda Sakti, pulangnya melalui Rantau Berangin. Atau sebaliknya.

Tandun, dulu sebuah desa kecil. Tempat saya menghabiskan masa sekolah diklas 1 Sekolah Rakyat. Kini telah berkembang. Banyak pendatang berdomisili disini. Banyak juga pedagang dari luar yang berjualan pada hari pasar (hari Minggu).
Pekanbaru, April 2014

No comments: