Dengan informasi yang cukup, aktivitas akan menjadi lebih mudah.

Friday, January 20, 2012

Mengajarkan Perilaku Menjaga Kebersihan Kepada Anak-Anak


Suatu siang, saya mengantarkan seorang cucu laki-laki pulang kerumah orang tuanya (anak saya) dengan menggunakan sepeda motor. Cucu saya ini berumur kurang dari empat tahun. Sudah bersekolah di sebuah lembaga pendidikan (semacam Pendidikan Anak Usia Dini). Sambil berjalan, si cucu ini menikmati cemilan dengan bungkus dari bahan plastik. Saya ingatkan, sampahnya jangan dibuang dijalan. Dengan santai, dia jawab :” Ya tuk, adek tahu tempat buang sampah. Nanti adek kasi tahu”. Dalam pikiran saya, dia mengetahui adanya tong sampah didekat rumahnya.


Disebuah persimpangan, dia minta berbelok. Saya ikuti keinginannya. Tidak lama setelah belokan itu, dia menunjuk tumpukan sampah dipinggir jalan sambil berkata :” Itu tuk tempat buang sampahnya”. Saya kehilangan kalimat untuk memberi penjelasan, bahwa itu bukan tempat membuang sampah yang sebenarnya. Saya juga kehilangan alasan yang tepat untuk melarang dia membuang bungkus cemilan yang dari tadi di genggamnya.  Dalam hati, saya hanya berkata bahwa pada waktu yang tepat akan saya ajak dia berduskusi menjelaskan bahwa tempat seperti itu bukanlah tempat membuang sampah.

Dari kasus ini, saya jadi terpikir, bagaimana sulitnya menanamkan budaya bersih di negeri ini. Saya dan keluarga di rumah, selalu mengajarkan dan mencontohkan kepada anak-anak dan cucu-cucu agar membuang sampah pada tempatnya. Hampir semua ruangan dirumah, ada tong sampah kecil. Sehingga tidak repot-repot untuk membuang bungkus permen atau cemilan lainnya.

Tumpukan sampah dipinggir jalan itu, tentu bukan hasil perbuatan anak-anak. Ada peranan orang-orang dewasa disitu. Mungkin juga ada peran orang tua si anak disitu. Para orang tua atau orang-orang dewasa ini, tanpa rasa bersalah membuang sampah dipinggir jalan. Terjadilah penumpukan sampah bukan ditempat pembuangan sampah. Di sebuah kota, tidaklah sulit menemukan adanya tumpukan sampah dipinggir jalan. Tumpukan sampah seperti itu selalu menjadi masalah.

Perbuatan orang-orang dewasa atau para orang tua ini disaksikan oleh anak-anak, mungkin juga anak-anak mereka sendiri, termasuk cucu saya. Lebih ironis lagi, jika orang tua menyuruh anaknya membuang sampah seperti itu. Dan hal ini tidak mustahil.  Terekamlah didalam pikiran anak-anak itu, bahwa boleh-boleh saja membuang sampah sembarangan. Boleh buang sampah di kali, parit/selokan, pinggir jalan, tanah kosong dan lain-lain. Menjadilah kali, selokan, pinggir jalan dan tanah kosong itu sebagai tong sampah.
Berapa banyak orang tua atau orang dewasa yang melakukan kesalahan ini?. Tentu lebih besar lagi jumlah anak-anak yang menyaksikannya.

Persoalan sampah dengan persoalan lanjutannya (banjir misalnya), dapat dikatakan salah satu penyebabnya berawal dari perilaku penduduk negeri ini yang tidak memiliki rasa bersalah ketika membuang sampah sembarangan. Tidak sulit untuk menemukan pelakunya. Pola pikir ini berlanjut ke generasi berikut dan berikutnya lagi. Entah sampai kapan.

Saya selalu katakan kepada anak-anak dan kerabat, bahwa kita tidak dapat berbuat banyak untuk menjadikan negeri ini bersih. Tetapi kita dapat berbuat untuk tidak menambah kekotorannya. Salah satu upayanya adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya. Tidak termasuk tempat seperti yang ditunjukkan oleh cucu saya.
Pekanbaru, 18 Januari 2012.

No comments: