Dengan informasi yang cukup, aktivitas akan menjadi lebih mudah.

Wednesday, April 29, 2015

Masjid Suku Bugis, Masjid Tertua Di Lampung



Sejak dulu Suku Bugis terkenal sebagai suku yang ulung dan gigih dalam mengarungi lautan. Pun saat zaman penjajahan, suku ini dikenal sebagai suku yang tak kenal kompromi terhadap bangsa penjajah. Sikap anti penjajah ini membuat orang Bugis berani menentang dan melawan penjajah.

Muhammad Soleh bin karaeng , ulama dan pejuang dari Kesultanan Bone menjadi buronan tentara belanda karena berani menentang penjajah secara terang-terangan. Untuk menyelamatkan diri, Muhammad Soleh mengembara ke berbagai pelosok tanah air, hingga akhirnya mendarat di selatan Pulau Sumatera, yakni Lampung.

Lampung, 1839 M, Muhammad Soleh serta orang Bugis lain yakni Daeng Sawijaya, Tumenggung Muhammad Ali, dan Penghulu Besar Kiai Muhammad Said mendirikan sebuah surau kecil untuk shalat. Oleh penduduk setempat, nelayan dan pedagang, surau ini dijadikan tempat ibadah dan tempat untuk membina mental spiritual.

Selang 44 tahun kemudian, tepatnya tahun 1883 M, terjadi erupsi Gunung Krakatau. Saat erupsi terjadi, surau ini tertimpa kayu berukuran sekitar 20 meter, sehingga surau ini tak dapat lagidigunakan.Lima tahun setelah kejadian itu, yakni tahun 1888 M, Daeng Sawijaya membuka dialog dengan para saudagar dari Palembang, Banten dan Bugis untuk membangun kembali sarana ibadah tersebut. Maka untuk mengganti surau yang telah rusak, dibangunlah bangunan dengan ukuran yang lebih besar dan lebih kokoh. Bangunan tersebut lantas dinamai Masjid Al Anwar yang berarti bercahaya. Masjid ini diharapkan menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat.

Masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur ayam dan kapur, dengan enam pilar setinggi 8 meter. Enam pilar penyangga masjid ini bermakna enam butir rukun iman, dasar utama keimanan umat Muslim.
Masjid Jami Al Anwar yang terletak di Jl. Laksamana Malahayati, Keelurahan Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung ini menyimpan sedikitnya 480 kitab kuno. Kitab-kitab yang ditulis dalam Bahasa Belanda, Melayu dan Arab, ditulis dengan huruf Arab Melayu. Sayangnya, kitab-kitab tersebut kini tak lagi terawat dan banyak yang telah rapuh. Masjid yang berdiri diatas lahan seluas 6.500 meter ini telah mengalami renovasi di tahun 1962 dan 1997. Kini Masjid Jami Al Anwar mampu menampung 1.500-2.000 jamaah. ( Sumber: Bulletin Masjid Nusantara)

No comments: